Ketahui Daftar Supermarket yang Akan Tutup di Indonesia per Mei 2025, Cek Lokasinya Sekarang Juga!

Minggu, 11 Mei 2025 oleh journal

Ketahui Daftar Supermarket yang Akan Tutup di Indonesia per Mei 2025, Cek Lokasinya Sekarang Juga!

Daftar Supermarket yang Menutup Pintu di Indonesia per Mei 2025

Industri ritel di Indonesia terus mengalami dinamika. Sayangnya, beberapa nama besar di dunia supermarket terpaksa mengakhiri operasionalnya di Tanah Air karena berbagai alasan. Mulai dari perubahan perilaku konsumen hingga persaingan yang semakin ketat, beberapa supermarket ini harus mengambil keputusan sulit untuk menutup gerai mereka.

CNNIndonesia.com mencatat, setidaknya ada tiga supermarket besar yang telah berhenti beroperasi dalam beberapa tahun terakhir hingga Mei 2025. Menariknya, supermarket-supermarket ini berasal dari beragam latar belakang, mulai dari perusahaan lokal hingga waralaba internasional.

Penutupan ini terjadi secara bertahap dan seringkali baru terungkap beberapa bulan setelah gerai tersebut benar-benar tidak lagi melayani pelanggan. Mari kita lihat lebih dekat daftar supermarket yang telah menutup pintunya di Indonesia:

1. GS Supermarket: Akhir dari Ekspansi Korea

GS Supermarket menjadi berita utama sebagai supermarket terbaru yang mengumumkan penutupannya di Indonesia. Jaringan ritel asal Korea Selatan ini secara resmi akan menghentikan semua aktivitasnya di Indonesia pada akhir Mei 2025.

Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan (Hippindo), Budihardjo Iduansjah. Menurutnya, GS Supermarket akan menutup sekitar 10 gerai yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

"Iya, benar. Mereka adalah anggota kami dan informasinya sudah ada. (Penutupan) prosesnya sekitar 31 Mei. Perusahaan (di Indonesia) tutup, GS Supermarket tutup," ungkap Budihardjo seperti dilansir dari detik.com pada Rabu, 7 Mei.

Budihardjo menambahkan bahwa pangsa pasar GS Supermarket relatif kecil dan kurang berkembang dalam peta persaingan industri ritel di Indonesia. Meski demikian, ia juga mengisyaratkan bahwa ada supermarket lain yang berminat untuk mengambil alih lokasi-lokasi bekas gerai GS Supermarket. Namun, identitas perusahaan tersebut masih dirahasiakan.

"Sebenarnya belum jelas, tapi saya dengar dari beberapa sumber, akan di-takeover. Jadi, GS Supermarket selesai dulu, beres-beres, baru deh (gerai diambil alih). Hal seperti ini biasa terjadi di industri ritel, tutup lalu diganti merek baru," jelasnya.

2. LuLu Hypermarket: Diskon Besar-besaran Bukan Tanda Kebangkrutan?

LuLu Hypermarket, jaringan supermarket asal Uni Emirat Arab, sempat diterpa isu penutupan gerai di Indonesia karena masalah keuangan. Dugaan ini muncul setelah terlihat sepinya pengunjung di gerai LuLu Hypermarket Cakung (Jakarta Timur) dan Sawangan (Depok) pada awal April 2025.

Diskon besar-besaran hingga 90% untuk sejumlah produk semakin memperkuat spekulasi tersebut. Namun, Corporate Affairs Director LuLu Group International, Luthfi Husin, dengan tegas membantah rumor tersebut.

Ia menjelaskan bahwa diskon besar-besaran tersebut merupakan bagian dari strategi promosi. Lebih lanjut, Luthfi mengungkapkan bahwa LuLu Hypermarket sedang bersiap untuk melakukan perubahan dalam lini bisnisnya karena bisnis hypermarket secara umum sedang mengalami penurunan.

"Terkait info-info yang beredar kalau gerai Lulu Hypermarket mau tutup operasi itu tidak benar ya," tegas Luthfi seperti dikutip dari CNBC Indonesia pada Jumat, 11 April.

3. Giant: Perubahan Perilaku Konsumen dan Penutupan Massal

Jauh sebelum GS Supermarket dan LuLu Hypermarket, Giant telah lebih dulu mengambil langkah drastis dengan menutup seluruh gerainya pada Juli 2021. Keputusan ini tidak terlepas dari perubahan perilaku belanja masyarakat yang semakin beralih ke platform digital.

Supermarket ini mencatatkan kerugian pada tahun 2017, 2018, 2020, dan kuartal I 2021. Akibatnya, Hero Group memutuskan untuk fokus pada lini bisnis lain yang memiliki potensi pertumbuhan lebih baik.

Penutupan seluruh gerai Giant berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 7 ribu karyawan. Hero Group menawarkan kesempatan bagi para karyawan untuk berpindah ke lini bisnis mereka yang lain.

"Kami juga berharap dapat menyediakan peluang baru seiring dengan pengembangan bisnis kami lainnya yang memiliki potensi pertumbuhan positif yaitu Guardian, IKEA, dan Hero Supermarket," demikian pernyataan Hero Group dalam dokumen keterbukaan informasi pada 14 Juni 2021.

Dengan semakin dinamisnya industri ritel, kita sebagai konsumen juga perlu lebih cerdas dalam mengelola pengeluaran belanja. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan saat berbelanja di supermarket:

1. Buat Daftar Belanja Sebelum Berangkat - Ini adalah langkah paling dasar namun sangat efektif. Dengan membuat daftar, kamu bisa fokus membeli barang-barang yang memang dibutuhkan dan menghindari pembelian impulsif. Contohnya, sebelum pergi ke supermarket, cek dulu isi kulkas dan lemari makanan, lalu catat barang-barang yang sudah habis atau akan segera habis.

Dengan begitu, kamu tidak akan tergoda untuk membeli camilan atau minuman yang sebenarnya tidak kamu butuhkan.

2. Bandingkan Harga Antar Merek dan Ukuran - Jangan terpaku pada satu merek saja. Coba bandingkan harga produk sejenis dari merek yang berbeda. Terkadang, merek yang kurang terkenal menawarkan harga yang lebih murah dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Selain itu, perhatikan juga ukuran kemasan.

Seringkali, membeli produk dalam ukuran yang lebih besar (misalnya, sabun cuci atau deterjen) akan lebih hemat per unitnya dibandingkan membeli ukuran kecil.

3. Manfaatkan Promo dan Diskon - Supermarket seringkali menawarkan berbagai promo dan diskon menarik. Perhatikan brosur promo yang biasanya dibagikan di depan pintu masuk atau cek aplikasi supermarket untuk melihat promo terbaru.

Jangan ragu untuk membeli produk yang sedang diskon, terutama jika itu adalah barang yang memang kamu butuhkan secara rutin. Tapi ingat, jangan sampai kalap dan membeli barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan hanya karena sedang diskon.

4. Pertimbangkan Belanja di Pasar Tradisional - Untuk beberapa jenis produk, seperti sayuran, buah-buahan, dan daging, pasar tradisional seringkali menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan supermarket. Selain itu, belanja di pasar tradisional juga bisa mendukung perekonomian lokal.

Namun, pastikan kamu memilih pedagang yang terpercaya dan memperhatikan kualitas produk yang kamu beli.

Mengapa ya, Giant supermarket sampai harus menutup semua gerainya? Padahal kan dulu ramai sekali, kata Ibu Ratna dari Surabaya?

Menurut Bapak Handoko, seorang pengamat ritel dari Universitas Indonesia, penutupan Giant adalah kombinasi dari beberapa faktor. Yang paling utama adalah perubahan perilaku konsumen yang semakin beralih ke belanja online dan juga persaingan yang semakin ketat dengan supermarket lain yang lebih inovatif. Giant mungkin kurang cepat beradaptasi dengan perubahan ini sehingga mengalami penurunan penjualan dan akhirnya terpaksa menutup gerainya.

Kalau LuLu Hypermarket katanya mau tutup juga, apa benar ya? Soalnya saya sering belanja disana, tanya Mas Budi dari Jakarta.

Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Luthfi Husin, Corporate Affairs Director LuLu Group International, isu penutupan LuLu Hypermarket itu tidak benar. Mereka sedang melakukan penyesuaian strategi bisnis dan melakukan promo untuk menarik pelanggan. Jadi, Mas Budi tidak perlu khawatir, LuLu Hypermarket masih akan tetap beroperasi.

GS Supermarket itu kenapa ya tutup? Padahal kan produk-produk Koreanya lumayan lengkap, kata Mbak Ani dari Bandung.

Menurut Bapak Budihardjo Iduansjah dari Hippindo, GS Supermarket menutup gerainya karena pangsa pasarnya yang relatif kecil dan kurang berkembang di industri ritel Indonesia. Mungkin mereka kesulitan bersaing dengan supermarket lain yang sudah lebih mapan. Sayang sekali ya, Mbak Ani.

Apakah penutupan supermarket ini akan terus berlanjut di masa depan? Apa yang bisa kita lakukan sebagai konsumen, tanya Pak Joko dari Medan.

Menurut Ibu Kartika Wirjoatmodjo, seorang ahli ekonomi, industri ritel memang akan terus mengalami perubahan. Sebagai konsumen, kita bisa mendukung supermarket lokal dan beradaptasi dengan perubahan pola belanja. Selain itu, kita juga bisa lebih bijak dalam mengelola pengeluaran belanja agar tidak terlalu bergantung pada satu jenis supermarket saja. Dengan begitu, kita bisa membantu menjaga keberlangsungan industri ritel di Indonesia.