Inilah Mudik Lebaran KAI 2025, Dari Kenangan Pahit ke Manisnya Perjalanan menuju kampung halaman

Rabu, 14 Mei 2025 oleh journal

KAI Angkutan Lebaran 2025: Dari Nostalgia Pahit Menuju Pengalaman Manis

Sebagai warga Belitung, kereta api bukanlah pemandangan sehari-hari. Untuk bisa naik KAI, saya harus pergi dulu ke Jawa. Momen itu biasanya datang saat mudik ke rumah mertua di Jawa Barat. Sudah sangat lama rasanya saya tidak naik kereta api di Indonesia. Bukan karena tidak suka, tetapi lebih karena faktor geografis. Dan tahukah Anda, sebelum pengalaman mudik terakhir ini, terakhir kali saya merasakan perjalanan kereta api di Jawa itu... sekitar 20 tahun yang lalu! Dua dekade yang lalu, ketika kereta api masih identik dengan cerita-cerita yang mungkin terdengar asing bagi generasi muda zaman sekarang.

Dulu, kereta api seringkali terlambat berjam-jam, gerbongnya penuh sesak, pedagang asongan hilir mudik bagaikan pasar malam berjalan, dan aroma toiletnya... ah, sudahlah, tak perlu dibahas lagi. Pengalaman-pengalaman itu cukup membekas sebagai 'nostalgia pahit' yang dulu sering saya alami.

Namun, ketika akhirnya saya berkesempatan untuk naik KAI lagi baru-baru ini, saya benar-benar terkejut. Perubahannya drastis! Rasanya seperti bertemu dengan mantan yang sudah bertransformasi total—lebih cantik, lebih rapi, dan lebih wangi. Jujur, saya hampir tidak percaya bahwa ini adalah kereta api Indonesia yang dulu saya kenal.

Stasiun yang Bertransformasi

Begitu kaki melangkah masuk ke stasiun, saya langsung disambut oleh suasana yang jauh berbeda dari stasiun yang saya ingat di masa lalu. Stasiun kini bersih, rapi, dan petugasnya ramah serta informatif. Tidak ada lagi pemandangan pengamen atau pedagang asongan yang dulu seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan kereta api.

Saya tersenyum sendiri sambil membandingkan dengan ingatan saya tentang stasiun 20 tahun lalu. Dulu, stasiun itu lebih mirip pasar yang 'dipaksa' masuk ke area rel: ramai, semrawut, dan berisik. Sekarang? Lebih mirip bandara kecil. Dan soal ketepatan jadwal, saya harus memberikan pujian setinggi-tingginya. Kereta berangkat tepat waktu sesuai yang tertera di tiket, dan tiba di stasiun tujuan pun tidak meleset. Tidak ada lagi cerita menunggu kereta yang 'katanya' datang jam tujuh malam, tapi baru muncul jam sebelas.

KAI Angkutan Lebaran 2025: Pelayanan Prima di Tengah Kepadatan

Saya semakin kagum dengan perubahan ini ketika mengetahui bahwa semua layanan yang saya rasakan juga diterapkan selama musim padat seperti Angkutan Lebaran 2025. Tahun ini, KAI berhasil mengangkut jutaan pemudik dengan tetap menjaga ketepatan jadwal, memberikan pelayanan prima, dan menciptakan suasana yang tetap nyaman meskipun animo masyarakat sangat tinggi. Padahal, biasanya musim mudik adalah ujian terberat bagi moda transportasi darat. Namun, KAI berhasil menjawab tantangan tersebut dengan profesionalisme yang jauh melampaui ekspektasi saya.

Dari Lantai Dekat WC ke Kursi Empuk: Sebuah Perbandingan

Jika diingat-ingat, pengalaman saya 20 tahun lalu itu seperti mimpi buruk yang kini sudah tidak relevan lagi. Dulu, demi menghemat biaya sebagai anak rantau, saya naik kereta ekonomi dari Jakarta ke Bandung. Berangkat dengan semangat petualangan, tetapi begitu naik kereta, dunia langsung berubah. Karena tidak kebagian tempat duduk, saya terpaksa tidur di lantai, dan sialnya, dekat toilet yang aromanya... ah, membuat kepala pusing. Belum lagi deretan pedagang asongan yang seolah tak kenal lelah mondar-mandir menawarkan tahu Sumedang, kopi instan, mie rebus, hingga koran bekas. Setiap lima menit, suara teriakan mereka bersaing dengan deru kereta dan suara penumpang yang saling beradu keras.