Inilah Terungkapnya Asal,usul Klaim Indonesia Dijajah 350 Tahun oleh Belanda hingga kini diperdebatkan

Senin, 12 Mei 2025 oleh journal

Inilah Terungkapnya Asal,usul Klaim Indonesia Dijajah 350 Tahun oleh Belanda hingga kini diperdebatkan

Benarkah Indonesia Dijajah 350 Tahun oleh Belanda? Inilah Asal-Usul Klaim yang Perlu Diketahui

Pada abad ke-17 hingga ke-20, Indonesia menjadi saksi bisu penjajahan oleh berbagai kekuatan Eropa, termasuk Belanda. Salah satu yang paling diingat adalah praktik kerja paksa atau "rodi." (Dok: Arsip Nasional)

Jakarta – Selama ini, kita sering mendengar bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Namun, benarkah demikian? Pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan, kini tengah mengkaji ulang narasi sejarah ini. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyampaikan bahwa revisi ini bertujuan untuk lebih menyoroti semangat perlawanan bangsa Indonesia di berbagai daerah terhadap kolonialisme Belanda dan Jepang.

"Tidak benar bahwa kita dijajah selama 350 tahun. Faktanya, kita terus melakukan perlawanan terhadap penjajah," tegas Fadli Zon, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Klaim 350 tahun penjajahan ini umumnya dihitung mulai dari kedatangan Cornelis de Houtman di Banten pada tahun 1596 hingga Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945. Namun, perhitungan ini tidak lepas dari kritik. Pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah: Kapan sebenarnya penjajahan itu dimulai? Dan apakah penjajahan berlangsung secara serentak di seluruh wilayah Nusantara?

Ironisnya, narasi mengenai 350 tahun penjajahan ini justru berulang kali digaungkan oleh tokoh-tokoh penting, baik dari Belanda maupun Indonesia.

Asal-Usul Klaim 350 Tahun

Catatan paling awal mengenai klaim ini berasal dari Gubernur Jenderal de Jonge pada tahun 1935. Ia pernah menyatakan, "Kami sudah berada di sini selama 300 tahun dan akan tetap di sini selama 300 tahun lagi, jika perlu dengan tongkat dan senjata." Ucapan de Jonge ini seolah mengisyaratkan bahwa Belanda telah bercokol di Indonesia sejak tahun 1635. Namun, pernyataan ini lebih merupakan bentuk imajinasi yang diciptakan oleh Belanda karena posisinya yang mulai terancam. Pada era 1930-an, kekuasaan kolonial Hindia Belanda memang mulai goyah akibat tekanan dari para tokoh pergerakan kemerdekaan.

Selain oleh tokoh Belanda, narasi ini juga dipopulerkan oleh tokoh-tokoh besar Indonesia, seperti Soekarno dan Mohammad Yamin.

Soekarno, dalam berbagai pidatonya, kerap menyebut bahwa Indonesia telah dijajah selama 350 tahun oleh Belanda. Misalnya, dalam pidato peringatan 1 tahun kemerdekaan Indonesia, ia menyatakan bahwa Indonesia harus membangun negara dari nol setelah dijajah selama 350 tahun. "Selama 350 tahun kita mengalami hidup dalam penjajahan Belanda, sekarang dengan secara kilat pada 17 Agustus 1945 kita telah memproklamirkan kita punya kemerdekaan," kata Soekarno pada 17 Agustus 1946.

Mohammad Yamin juga turut berperan dalam menyebarluaskan narasi ini. Sejarawan Asvi Warman Adam dalam bukunya, "Seabad Kontroversi Sejarah" (2007), menyebutkan bahwa Yamin mempopulerkan narasi 350 tahun penjajahan dengan semangat nasionalisme dan anti-kolonial. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air di kalangan masyarakat.

Fakta yang Sebenarnya

Ahli hukum asal Belanda, G.J. Resink, menjadi salah satu tokoh yang berusaha membantah klaim 350 tahun penjajahan. Dalam bukunya, "Indonesia's History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory" (1968), Resink berpendapat bahwa perhitungan penjajahan sejak tahun 1596 adalah keliru, karena pada masa itu Belanda baru sebatas berdagang.

Resink juga menekankan bahwa penjajahan tidak berlangsung secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Banyak kerajaan dan wilayah yang baru ditaklukkan Belanda pada awal abad ke-20. Pada abad ke-17, misalnya, kerajaan-kerajaan lokal masih bisa menjalin hubungan diplomatik dengan bangsa lain tanpa campur tangan VOC. Bahkan, pada awal tahun 1900-an, masih banyak kerajaan lokal yang belum dijajah Belanda, seperti Aceh (baru ditaklukkan pada 1903), Bone (1905), dan Klungkung, Bali (1908).

Dari fakta-fakta ini, Resink menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun wilayah di Indonesia yang benar-benar dijajah selama 350 tahun. Jika dihitung dari pendudukan Klungkung, Bali, pada tahun 1908, maka Belanda baru menjajah Indonesia selama 37 tahun. (mfa/mfa)

Memahami sejarah penjajahan Indonesia memang kompleks. Tapi jangan khawatir! Berikut beberapa tips yang bisa membantumu:

1. Kritis Terhadap Sumber Informasi - Jangan langsung percaya pada satu sumber saja. Bandingkan informasi dari berbagai buku sejarah, artikel, dan sumber daring. Misalnya, baca buku sejarah dari sudut pandang Indonesia dan Belanda untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.

Jangan lupa untuk selalu memeriksa kredibilitas sumber yang kamu gunakan, ya!

2. Fokus Pada Perlawanan Lokal - Penjajahan Belanda tidak terjadi tanpa perlawanan. Cari tahu lebih banyak tentang pahlawan-pahlawan daerah dan strategi perlawanan yang mereka lakukan. Misalnya, pelajari tentang perjuangan Pangeran Diponegoro di Jawa atau Cut Nyak Dien di Aceh.

Dengan memahami perlawanan lokal, kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia tidak pasrah begitu saja pada penjajah.

3. Pahami Konteks Waktu dan Tempat - Penjajahan tidak terjadi secara seragam di seluruh wilayah Indonesia. Pahami bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan politik di masing-masing daerah pada masa itu. Misalnya, pelajari bagaimana sistem tanam paksa memengaruhi kehidupan petani di Jawa.

Ingatlah bahwa setiap daerah memiliki pengalaman yang berbeda dalam menghadapi penjajahan.

4. Diskusi dan Bertukar Pendapat - Jangan ragu untuk berdiskusi dengan teman, keluarga, atau guru tentang sejarah penjajahan Indonesia. Bertukar pendapat dapat membantu kita memahami isu ini dari berbagai perspektif. Misalnya, ikutlah diskusi sejarah di sekolah atau komunitas.

Dengan berdiskusi, kita bisa saling belajar dan memperluas wawasan kita.

Mengapa Ibu Fatimah sering mendengar klaim Indonesia dijajah 350 tahun, padahal faktanya tidak demikian?

Menurut Prof. Dr. Susanto Zuhdi, seorang sejarawan terkemuka, klaim 350 tahun itu lebih merupakan narasi yang dibangun untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan persatuan. Walaupun tidak sepenuhnya akurat secara faktual, narasi ini berhasil menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat anti-kolonial di kalangan masyarakat Indonesia.

Pak Budi bertanya, sejak kapan sebenarnya Belanda mulai menjajah Indonesia?

Dr. Bonnie Triyana, seorang ahli sejarah dan kurator museum, menjelaskan bahwa sulit untuk menentukan satu tanggal pasti kapan penjajahan dimulai. Namun, secara umum, penjajahan mulai menguat seiring dengan meluasnya pengaruh VOC pada abad ke-17 dan berlanjut hingga awal abad ke-20, dengan penaklukan wilayah-wilayah yang tersisa.

Apa dampak dari narasi 350 tahun penjajahan terhadap pemahaman sejarah di kalangan anak muda seperti Rina?

Menurut Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, narasi ini bisa memberikan pemahaman yang kurang akurat tentang kompleksitas sejarah Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk terus mengkaji ulang dan meluruskan sejarah agar generasi muda memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dan kritis.

Apakah ada bukti bahwa kerajaan-kerajaan di Indonesia melakukan perlawanan terhadap Belanda selama masa penjajahan, seperti yang ditanyakan oleh Anton?

Menurut Dr. Asvi Warman Adam, seorang sejarawan LIPI, bukti perlawanan sangat banyak. Dari perang Diponegoro, perang Aceh, hingga perlawanan di berbagai daerah lainnya, semua menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak pernah menyerah begitu saja terhadap penjajahan. Perlawanan ini merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia yang perlu terus diingat dan dihargai.

Bagaimana cara terbaik untuk menanggapi klaim yang salah tentang sejarah Indonesia di media sosial, seperti yang sering dialami oleh Dewi?

Menurut Alissa Wahid, seorang aktivis sosial dan tokoh Nahdlatul Ulama, penting untuk menanggapi klaim yang salah dengan fakta dan informasi yang akurat. Sebarkan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya, dan jangan terpancing emosi. Edukasi publik adalah kunci untuk melawan disinformasi sejarah.