Ketahui Curhatan Driver Ojol Merugi Setelah Narik, Ini Perhitungan Rincinya agar bisa tetap bertahan
Jumat, 23 Mei 2025 oleh journal
Curhat Driver Ojol: Narik Kok Malah Boncos? Begini Rinciannya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Jeritan hati para pengemudi ojek online (ojol) kembali bergema. Kali ini, perwakilan mereka menyampaikan keluhan langsung kepada Komisi V DPR RI, menuntut keadilan dari perusahaan aplikasi transportasi online dan pemerintah.
Ade Armansyah, perwakilan dari Aliansi Korban Aplikator, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas apa yang mereka rasakan sebagai ketidakadilan yang menimpa para mitra pengemudi selama satu dekade terakhir. Ia menggambarkan para pengemudi roda empat (R4) atau taksi online seperti "sapi perah" yang dieksploitasi. Ironisnya, mereka tidak pernah diajak berdiskusi atau diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapat.
"Sudah 10 tahun kami diperlakukan seperti sapi perah. Aplikator sama sekali tidak pernah mempertimbangkan biaya operasional kami, seperti bensin, servis kendaraan, dan lain-lain," keluh Ade saat RDPU Komisi V DPR RI dengan para pengemudi ojol, Rabu (21/5/2025).
Ade juga mempertanyakan dasar perhitungan tarif yang diterapkan oleh aplikator. Menurutnya, sistem ini tidak transparan dan sangat merugikan para pengemudi.
"Kami tidak pernah tahu dasar perhitungan mereka itu apa. Sampai mereka menetapkan harga Rp 3.300. Kalau mereka boleh untung 20 persen, kenapa kami tidak boleh untung 10 persen saja?" tanyanya dengan nada frustrasi.
Lebih lanjut, berdasarkan perhitungan internal komunitas pengemudi, mereka bahkan bisa merugi hingga Rp 12.000 untuk setiap 10 kilometer perjalanan.
Igun Wicaksono, Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, menambahkan bahwa tuntutan utama mereka adalah penurunan biaya aplikasi. Ia mengungkapkan bahwa banyak aplikator yang selama bertahun-tahun menerapkan potongan biaya di atas 20%.
"Sampai hari ini, mereka masih memotong lebih dari 20%, bahkan hampir 50%. Bayangkan, 365 hari dikali 3 tahun, sudah berapa triliun uang yang mereka ambil dari rekan-rekan pengemudi roda dua (R2)," ungkap Igun dengan geram.
Setelah rapat, Igun menjelaskan bahwa aksi damai yang mereka gelar pada 20 Mei lalu belum membuahkan hasil yang konkret.
"Tuntutan kami hanya satu, potongan biaya aplikasi maksimal 10%. Tapi sampai sekarang belum ada kejelasan," tegas Igun.
Ia menyatakan bahwa pihaknya memberikan tenggat waktu hingga akhir Mei 2025. Jika tidak ada keputusan yang memuaskan, para pengemudi ojol dari seluruh Indonesia siap untuk kembali turun ke jalan dan melakukan aksi demonstrasi yang lebih besar.
Ancaman Aksi Lebih Besar
Igun mengungkapkan bahwa aksi offbid massal pada 20 Mei lalu telah menyebabkan kerugian besar bagi pihak aplikator.
"Menurut kajian, kerugian satu hari kemarin mencapai Rp 187 miliar. Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, kami bisa membuat mereka rugi lebih besar lagi," ancamnya.
Pihaknya juga menyatakan kesiapan untuk melakukan konsolidasi nasional demi aksi lanjutan yang lebih besar dan berdampak luas.
Dalam RDPU tersebut, para pengemudi juga menyuarakan kekecewaan atas lemahnya penegakan regulasi, seperti Permenhub 118 Tahun 2018, yang dinilai hanya menjadi dokumen tanpa implementasi yang berarti.
Mereka berharap Komisi V DPR dapat mendorong Kementerian Perhubungan untuk segera mengambil sikap tegas demi mewujudkan keadilan bagi para pengemudi ojol.
Hai para driver ojol! Merasa penghasilan kurang mencukupi? Jangan khawatir, ada beberapa tips yang bisa kalian coba untuk mengelola keuangan dengan lebih baik:
1. Buat Catatan Pengeluaran dan Pemasukan - Catat setiap rupiah yang masuk dan keluar. Dengan begitu, kamu bisa tahu ke mana saja uangmu pergi. Gunakan aplikasi pencatat keuangan atau buku catatan biasa, yang penting rutin mencatat!
Contohnya, catat berapa pendapatan harian dari narik, berapa pengeluaran untuk bensin, makan, servis kendaraan, dan lain-lain.
2. Sisihkan Dana Darurat - Jangan lupa menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan untuk dana darurat. Dana ini bisa digunakan jika sewaktu-waktu ada kebutuhan mendesak, seperti perbaikan kendaraan atau sakit.
Idealnya, dana darurat mencukupi untuk 3-6 bulan biaya hidup.
3. Prioritaskan Kebutuhan Primer - Utamakan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, seperti makan, tempat tinggal, dan kesehatan. Hindari pengeluaran yang tidak perlu, seperti nongkrong setiap hari.
Buat daftar kebutuhan bulanan dan patuhi daftar tersebut.
4. Manfaatkan Promo dan Diskon - Cari tahu promo dan diskon yang ditawarkan oleh berbagai merchant. Dengan begitu, kamu bisa menghemat pengeluaran untuk bensin, makanan, atau kebutuhan lainnya.
Misalnya, gunakan kartu kredit yang memberikan cashback untuk pembelian bensin.
5. Pertimbangkan Penghasilan Tambahan - Selain narik ojol, coba cari penghasilan tambahan lain, seperti berjualan online atau memberikan les privat. Dengan begitu, kamu bisa meningkatkan pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada satu sumber penghasilan.
Manfaatkan keahlian yang kamu miliki untuk menghasilkan uang tambahan.
Apa pendapat Bambang tentang potongan biaya aplikasi yang tinggi untuk driver ojol?
Menurut Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, "Pemerintah terus berupaya mencari solusi terbaik untuk menyeimbangkan kepentingan antara pengemudi dan aplikator. Kami akan meninjau kembali regulasi yang ada dan memastikan bahwa potongan biaya aplikasi tidak memberatkan pengemudi."
Menurut Sri, bagaimana cara driver ojol bisa meningkatkan pendapatannya?
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, mengatakan, "Driver ojol perlu meningkatkan keterampilan dan kualitas pelayanan. Selain itu, mereka juga bisa memanfaatkan teknologi untuk mencari order dengan lebih efisien dan menjalin kerjasama dengan merchant untuk mendapatkan penghasilan tambahan."
Apa solusi dari Anton untuk masalah tarif yang dianggap tidak transparan oleh driver ojol?
Ketua Umum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menyatakan, "Aplikator harus lebih transparan dalam menetapkan tarif dan memberikan penjelasan yang jelas kepada driver mengenai dasar perhitungannya. Pemerintah juga perlu mengawasi praktik penetapan tarif ini agar tidak merugikan konsumen maupun driver."
Bagaimana pandangan Rina mengenai aksi demonstrasi yang sering dilakukan oleh driver ojol?
Pengamat sosial, Devie Rahmawati, menjelaskan, "Aksi demonstrasi adalah bentuk ekspresi kekecewaan dan ketidakpuasan. Pemerintah dan aplikator perlu mendengarkan aspirasi para driver dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Dialog adalah kunci untuk menyelesaikan masalah ini."