Temukan Rupiah Tertekan, Dolar Singapura Perkasa, Ringgit Lebih Unggul, Nasib Rupiah memprihatinkan!
Selasa, 20 Mei 2025 oleh journal
Rupiah Tertekan Dolar Singapura: Jauh Tertinggal dari Ringgit Malaysia
Nilai tukar Rupiah dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Dibandingkan dengan mata uang global lainnya, Rupiah mengalami pelemahan. Salah satu yang paling mencolok adalah posisinya terhadap Dolar Singapura, di mana penurunan nilainya mencapai hampir 20%.
Data dari Refinitiv menunjukkan bahwa Rupiah cenderung melemah sejak akhir 2021 hingga 16 Mei 2025. Penurunan ini tentu saja menjadi perhatian, karena mengindikasikan daya beli Rupiah yang semakin tergerus di kancah internasional.
CNBC Indonesia Research melakukan perbandingan antara Rupiah dengan beberapa mata uang penting, yaitu Ringgit Malaysia (MYR), Dolar Singapura (SGD), Dolar Australia (AUD), Poundsterling Inggris (GBP), dan Dolar Amerika Serikat (USD). Hasilnya cukup mencengangkan, Rupiah paling terpukul terhadap Dolar Singapura dengan penurunan mencapai 19,7% dalam periode 31 Desember 2021 hingga 16 Mei 2025.
Bagaimana dengan mata uang lainnya? Rupiah juga mengalami pelemahan terhadap USD (15,33%), GBP (13,14%), MYR (11,44%), dan AUD (1,67%).
Mengapa Dolar Singapura Begitu Perkasa?
Dolar Singapura dikenal sebagai salah satu mata uang terkuat dan paling stabil di Asia. Ada beberapa faktor yang mendukung hal ini:
- Stabilitas Ekonomi: Singapura memiliki ekonomi yang sangat stabil dengan surplus transaksi berjalan yang besar dan cadangan devisa yang melimpah. Ini memberikan fondasi yang kuat bagi nilai tukar Dolar Singapura.
- Kebijakan Moneter: Otoritas Moneter Singapura (MAS) menerapkan kebijakan moneter yang unik, lebih berfokus pada pengelolaan nilai tukar daripada suku bunga untuk menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi.
- Safe Haven: Dolar Singapura dianggap sebagai mata uang safe haven, menarik investor global yang mencari tempat aman untuk menyimpan aset di tengah ketidakpastian ekonomi.
- Diversifikasi Dolar AS: Meningkatnya diversifikasi dari Dolar AS telah mendorong permintaan terhadap Dolar Singapura sebagai alternatif yang lebih stabil.
- Inflasi Terkendali: Inflasi yang tetap terkendali menjaga daya beli masyarakat tetap tinggi, sehingga Dolar Singapura tidak mudah terdepresiasi.
Kombinasi faktor-faktor tersebut menjadikan Dolar Singapura mata uang yang tangguh di pasar keuangan global, sehingga Rupiah seringkali tertekan saat berhadapan dengannya.
Rupiah Tak Berdaya di Hadapan Dolar AS
Selain terhadap Dolar Singapura, Rupiah juga kesulitan melawan Dolar AS. Mengapa demikian?
- Kebijakan Suku Bunga The Fed: Keputusan bank sentral AS (The Fed) terkait suku bunga memiliki dampak besar. Kenaikan suku bunga The Fed cenderung menarik investor untuk memindahkan dana dari pasar negara berkembang seperti Indonesia ke aset berbasis Dolar AS.
- Ketidakpastian Ekonomi Global: Gejolak ekonomi atau geopolitik mendorong investor untuk mencari aset yang dianggap aman, seperti Dolar AS, sehingga meningkatkan permintaan terhadap Dolar dan menekan Rupiah.
- Defisit Transaksi Berjalan: Jika impor lebih besar daripada ekspor, permintaan terhadap Dolar AS meningkat karena Indonesia membutuhkan lebih banyak Dolar untuk membayar barang dan jasa dari luar negeri.
Meskipun penurunan peringkat kredit AS oleh Moody's baru-baru ini berpotensi memberikan sedikit ruang bagi Rupiah untuk menguat, secara umum, Rupiah tetap rentan terhadap pergerakan Dolar AS karena ketergantungan Indonesia pada perdagangan internasional dan investasi asing.
Melihat kondisi Rupiah yang sedang tertekan, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu terapkan:
1. Evaluasi dan Prioritaskan Pengeluaran - Coba deh, lihat lagi catatan pengeluaran bulananmu. Identifikasi pos-pos yang sebenarnya kurang penting dan bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan. Misalnya, kurangi frekuensi makan di luar atau langganan streaming yang jarang dipakai.
Dengan memprioritaskan kebutuhan pokok, kamu bisa menghemat lebih banyak uang dan mengurangi dampak pelemahan Rupiah.
2. Diversifikasi Investasi - Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang! Pertimbangkan untuk melakukan diversifikasi investasi ke berbagai instrumen, seperti reksa dana, obligasi, atau bahkan properti.
Dengan diversifikasi, risiko kerugian akibat fluktuasi nilai tukar bisa diminimalkan. Konsultasikan dengan perencana keuangan untuk mendapatkan saran yang lebih personal.
3. Cari Penghasilan Tambahan - Ini adalah waktu yang tepat untuk menggali potensi diri dan mencari penghasilan tambahan. Kamu bisa mencoba freelance, berjualan online, atau memberikan les privat sesuai dengan keahlianmu.
Penghasilan tambahan ini bisa membantu menutupi kebutuhan sehari-hari dan mengurangi tekanan finansial akibat pelemahan Rupiah.
4. Bijak dalam Menggunakan Kartu Kredit - Kartu kredit memang praktis, tapi bisa jadi bumerang kalau tidak dikelola dengan baik. Hindari berutang konsumtif dan selalu bayar tagihan tepat waktu untuk menghindari bunga yang tinggi.
Manfaatkan kartu kredit hanya untuk kebutuhan mendesak atau transaksi yang memberikan cashback atau poin yang menguntungkan.
Mengapa Rupiah terus melemah terhadap Dolar Singapura, ya? Kata Budi, ini kenapa?
Menurut Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, stabilitas ekonomi Singapura yang didukung oleh surplus neraca transaksi berjalan yang besar dan kebijakan moneter yang efektif menjadi faktor utama penguat Dolar Singapura. Selain itu, statusnya sebagai safe haven juga menarik banyak investor asing.
Apakah pelemahan Rupiah ini akan terus berlanjut, ya? Kira-kira apa kata Siti?
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, menyatakan bahwa BI terus berupaya menstabilkan nilai tukar Rupiah melalui berbagai kebijakan, termasuk intervensi di pasar valuta asing dan menjaga stabilitas suku bunga. Namun, efektivitasnya juga bergantung pada kondisi ekonomi global dan sentimen pasar.
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga barang-barang di Indonesia, ya? Ini kata Anton!
Menurut Faisal Basri, ekonom senior, pelemahan Rupiah berpotensi meningkatkan harga barang-barang impor, terutama yang bahan bakunya bergantung pada impor. Hal ini bisa memicu inflasi jika tidak dikelola dengan baik.
Sebagai masyarakat biasa, apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi situasi ini, ya? Ada saran dari Rina?
Menurut Ligwina Hananto, perencana keuangan, kita bisa mulai dengan lebih bijak dalam mengelola keuangan, memprioritaskan kebutuhan, dan mencari penghasilan tambahan. Selain itu, penting juga untuk terus meningkatkan literasi keuangan agar bisa membuat keputusan investasi yang lebih cerdas.
Apakah pemerintah punya rencana untuk mengatasi pelemahan Rupiah ini? Apa kata Joko?
Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan ekspor, menarik investasi asing, dan mendorong penggunaan Rupiah dalam transaksi domestik untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS. Pemerintah juga terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas makroekonomi.