Lembaga AS Beri Bocoran Pasokan Beras, RI Makin Jaya, Thailand Kecewa Akankah Mengubah Pasar Global?
Sabtu, 26 April 2025 oleh journal
Indonesia Menuju Swasembada Beras, Thailand Gigit Jari
Kabar gembira datang dari sektor pangan Indonesia! Di saat banyak negara ASEAN masih bergantung pada impor, Indonesia justru melaju pesat menuju swasembada beras. Bukan hanya panen yang meningkat, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) melaporkan Indonesia bahkan telah menghentikan impor beras dari Thailand, sebuah langkah yang mengguncang peta perdagangan beras di kawasan.
Laporan Rice Outlook April 2025 dari USDA memproyeksikan produksi beras Indonesia pada musim 2024/2025 mencapai 34,6 juta ton. Angka ini naik 600 ribu ton dari proyeksi bulan lalu, dan melonjak 4,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Keberhasilan ini ditopang oleh meningkatnya luas panen menjadi 11,4 juta hektar, berkat curah hujan yang konsisten di awal 2025. Panen utama, yang menyumbang sekitar 45% dari total produksi, sedang berlangsung, dengan panen tambahan diproyeksikan pada Juli-Agustus dan akhir tahun.
Keputusan Indonesia untuk berhenti mengimpor beras dari Thailand memberikan pukulan telak bagi Negeri Gajah Putih. Thailand, yang selama ini menjadi andalan ekspor beras di Asia Tenggara, kini harus menghadapi kenyataan pahit. Harga jual mereka yang tertinggi di antara eksportir Asia, ditambah kehilangan pasar Indonesia, membuat ekspor mereka diprediksi anjlok hingga 29,2%, menurut USDA.
"Penjualan Thailand ke Indonesia sangat lemah," tulis USDA. Indonesia bukan lagi pasar andalan mereka.
Di sisi lain, Kamboja justru menikmati lonjakan produksi hingga 7,8 juta ton, rekor tertinggi sepanjang sejarah mereka. Peningkatan luas tanam, penggunaan benih unggul, dan cuaca yang mendukung menjadi faktor pendorongnya. Vietnam, meski produksinya stabil, kini harus bersaing lebih keras dengan Kamboja yang semakin agresif.
Sementara itu, Filipina dan Singapura tetap menjadi importir besar, menunjukkan tantangan ketahanan pangan domestik yang belum teratasi. Uniknya, meskipun harga beras internasional melemah dan negara-negara seperti Côte d'Ivoire, Senegal, dan Singapura meningkatkan impor, Indonesia justru memilih jalur berbeda. Impor Indonesia turun drastis dari hampir 5 juta ton menjadi hanya 800 ribu ton pada 2025.
Dengan cadangan beras (ending stocks) yang meningkat hingga hampir 5 juta ton, Indonesia memasuki babak baru dalam kemandirian pangan. Langkah strategis ini bukan hanya berdampak positif dari sisi geopolitik dan fiskal, tetapi juga menjadi simbol kedaulatan bangsa.
Yuk, kita dukung swasembada beras Indonesia dengan langkah-langkah sederhana berikut:
1. Kurangi konsumsi beras. - Cobalah untuk mengganti nasi dengan sumber karbohidrat lain seperti kentang, ubi, atau jagung setidaknya sekali seminggu. Misalnya, di hari Selasa, ganti nasi dengan singkong rebus.
2. Jangan membuang-buang nasi. - Ambil nasi secukupnya dan habiskan. Jika ada sisa nasi, bisa diolah menjadi nasi goreng atau bubur.
3. Pilih beras lokal. - Dengan membeli beras lokal, kita mendukung petani Indonesia dan memperkuat ekonomi dalam negeri.
4. Belajar menanam padi di pekarangan. - Jika memungkinkan, tanamlah padi di pekarangan rumah. Meskipun hasilnya mungkin tidak banyak, kegiatan ini bisa menjadi langkah kecil untuk mendukung swasembada pangan.
5. Sebarkan informasi tentang pentingnya swasembada beras. - Ajak teman dan keluarga untuk turut serta mendukung swasembada beras dengan membagikan informasi ini.
Bagaimana dampak penurunan impor beras terhadap petani lokal, Bu Ani?
Ani Rachman, Pengamat Ekonomi Pertanian: Penurunan impor beras memberikan dampak positif bagi petani lokal karena permintaan beras dalam negeri akan lebih banyak dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat meningkatkan harga jual beras di tingkat petani dan mendorong kesejahteraan mereka.
Apakah Indonesia benar-benar bisa swasembada beras, Pak Budi?
Budi Santoso, Menteri Pertanian: Dengan potensi sumber daya alam dan manusia yang kita miliki, saya yakin Indonesia bisa mencapai swasembada beras. Kuncinya adalah inovasi teknologi, peningkatan produktivitas, dan dukungan penuh dari seluruh masyarakat.
Apa strategi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras, Pak Candra?
Candra Darusman, Kepala Bulog: Pemerintah memiliki beberapa strategi untuk menjaga stabilitas harga beras, di antaranya pengelolaan stok beras nasional, operasi pasar, dan kerjasama dengan pelaku pasar untuk menjaga pasokan dan distribusi beras.
Bagaimana cara meningkatkan kualitas beras lokal, Ibu Diah?
Diah Permata Sari, Peneliti Pertanian: Peningkatan kualitas beras lokal dapat dicapai melalui penggunaan benih unggul, penerapan teknologi pertanian modern, serta penanganan pasca panen yang baik.
Apa peran generasi muda dalam mewujudkan swasembada beras, Mas Eka?
Eka Putra, Ketua Kelompok Tani Muda: Generasi muda dapat berperan aktif dalam mewujudkan swasembada beras dengan menjadi petani modern, mengembangkan teknologi pertanian, dan mempromosikan konsumsi beras lokal.